
JAKARTA – Jumat, 25 April 2025, bertempat di Museum Benyamin Sueb, Jakarta Timur, digelar acara bertajuk Panggung Perjuangan Penyair Perempuan Merah Putih. Acara yang dimulai pukul 15.30 WIB ini menjadi ruang apresiasi bagi para penyair perempuan dalam memperingati semangat perjuangan melalui puisi-puisi mereka.
Kegiatan ini terselenggara atas kolaborasi antara TISI (Taman Inspirasi Sastra Indonesia), Museum Benyamin Sueb, Jagat Sastra Milenia (JSM), dan Dinas Kebudayaan Jakarta Timur. Dalam suasana penuh semangat, acara dibuka dengan kata sambutan dari Octavianus Masheka selaku Ketua TISI. Sambutan berikutnya disampaikan oleh Berkah Shadaya yang mewakili Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur (Kasudinbud Jaktim).
Pada kesempatan ini, Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur diwakili oleh Pamong Budaya, Ibu RR Cininta Kirana Karima, yang memberikan dukungan penuh terhadap berlangsungnya acara sebagai bagian dari program pemberdayaan dan pelestarian budaya. Mitra TISI diwakili oleh Riri Satria dari Jagat Sastra Milenia (JSM), yang turut menyampaikan pentingnya peran perempuan dalam memperkaya dunia sastra Indonesia. Dari pihak UP Museum Benyamin Sueb, sambutan hangat disampaikan oleh Bapak Encu, selaku perwakilan museum yang mendukung penuh kegiatan budaya di wilayah Jakarta Timur.
Dalam kesempatan tersebut, Rissa Churria membuka acara dengan membacakan puisi berjudul “Tubuh Tradisi”, sebuah karya yang mengangkat tema perjuangan perempuan dan akar budaya Nusantara. Puisi tersebut menjadi pembuka yang menggetarkan hati, sekaligus menghidupkan semangat perjuangan yang menjadi nafas acara ini.
Acara ini juga dimeriahkan dengan pembagian hadiah menarik berupa uang tunai dan buku kepada para peserta yang berhasil menjawab pertanyaan dari panitia. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun suasana lebih meriah, interaktif, sekaligus mengapresiasi keaktifan peserta.
Sejumlah penyair perempuan yang tampil membawakan karya terbaik mereka antara lain:
Rissa Churria, Harna Silwati, Fanny Jonathan Poyk, Devie Matahari, Mita Katoyo, Ema Winarsih Wiyono, Nunung Noor El Niel, Nurhayati, Rini Intama, Shantined, Rachmayanti Effendy, Gerimis Saba, Anisa, Dwi Wahyuningsih, Anggit Ankercils, Nuyang Jaimee, Dyah Kencono Puspito Dewi, Tersajakkanlah (Musikalisasi Puisi).
Dengan berbagai latar belakang dan warna pengalaman, para penyair perempuan ini membuktikan bahwa kekuatan kata-kata dapat menjadi alat perjuangan untuk menyuarakan ide, perasaan, dan semangat kebangsaan. Setiap bait puisi yang mereka lantunkan menjadi simbol dari perjuangan perempuan Indonesia dalam memperkuat budaya, literasi, serta identitas bangsa.
Panggung Perjuangan Penyair Perempuan Merah Putih bukan sekadar ruang pembacaan puisi, tetapi juga sebuah perayaan atas ketangguhan perempuan Indonesia melalui karya sastra yang menginspirasi banyak orang.(bud)