Lewat Teater Sastra UI, Yudhi Soenarto Tekankan Pentingnya Sekolah Lahirkan Pemikir

Posted by : wartajab Desember 10, 2024 Tags : Budaya , Generasi muda , Jakarta

Jakarta – Ayu banyak bertanya. Ayu bersikap kritis. Hal itu menjadi gugatan buat para guru di sekolahnya. Sebaiknya Ayu harus patuh saja mengikuti apa kemauan pengajar di sekolahnya.

Lembaga pendidikan sebagai lembaga yang memberikan banyak kemampuan berpikir malahan hanya ingin menciptakan para pekerja. “I don’t want a nation of thinkers. I want a nation of workers,” ujar pebisnis dan miliarder John D. Rockfeller.
Pernyataan ini sering dikutip di dunia untuk memaparkan tentang keinginan kaum elitis agar menciptakan para pekerja dengan semangat kapitalisme atau bahkan semata untuk mempertahankan status bergengsi para elitnya. Ungkapan kritis ini memiliki makna yang sangat mendalam terutama bagi warga negara di dunia.
Latar kalimat tadi juga sangat penting sebagai latar belakang dari naskah karya Yudhi Soenarto, seorang pengajar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya di Universitas Indonesia yang juga pendiri Teater Sastra Universitas Indonesia (UI) .
Naskah ini memperlihatkan bagaimana tokoh Ayu memutuskan tak ingin sekolah karena lembaga pendidikan justru tak mengarahkan pada pendidikan yang membentuk para pemikir. Murid hanya diminta menurut saja, berkerja dan berbuat sesuai keinginan para pendidik di sekolah itu.
Kisah ini mengambil latar di sebuah desa di Jawa Tengah. Tragisnya, dalam kisah ini, Ayu, si siswi SMA kemudian dikeluarkan dari kelas karena terlalu banyak bertanya dan memprotes ‘kebijakan’ guru yang ingin memastikan semua siswanya lulus dengan nilai baik.
Mendapat dukungan dari Mbah Samin, kakeknya yang seorang dalang, Ayu memutuskan untuk berhenti sekolah. Namun, keputusan ini ditentang oleh banyak orang, termasuk ibunya, Kepala Sekolah dan Kepala Desa.
Masalah kemudian berkembang menjadi masalah serius, Mbah Samin dituduh menjadi dalang yang ingin menggagalkan program wajib sekolah 12 tahun yang diusung oleh Kepala Desa, yang ingin mencalonkan diri untuk periodeke dua jabatannya.
Kisah tersebut akan dibawakan Teater Sastra UI melalui sebuah komedi satir. Lewat penjungkirbalikan logika dan pengungkapan sisi buruk kemanusiaan, pementasan ini mengajak kita untuk menertawakan diri sendiri sambil mengkritisi berbagai praktik penyimpangan di sekitar kita yang sering kita anggap wajar.

Usia 40 Tahun, Produksi ke 400

Teater Sastra UI kini berusia 40 tahun. Di usia ini, Teater Sastra UI akan kembali memanggungkan drama berjudul “Ayu (Tidak) Sekolah” di Auditorium Gd. IX FIB UI, Kampus UI, Depok, tanggal 12 Desember 2024, pukul 19.00.
Sejak didirikan oleh dramawan terkemuka I. Yudhi Soenarto di kampus UI Rawamangun tahun 1984, kelompok teater berbasis kampus yang anggotanya terdiri atas mahasiswa, pengajar dan alumni Universitas Indonesia ini tetap konsisten memproduksi pertunjukan teater yang aktual, kritis dan berkelas.
Dalam produksi ke-400 ini, Teater Sastra UI akan mengkritisi praktik penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang cenderung tidak mencerdaskan.

Sejak Jumat (6/12/2024) para mahasiswa telah mempersiapkan latihan yang cukup intens untuk persiapan pementasan ini.

Mereka, adalah generasi penerus untuk pementasan ke-400 teater ini. Generasi yang tentunya akan menjadi tongkat estafet untuk mempertahankan intensitas, dinamika sekaligus karya yang berbobot dan bernas produksi Teater Sastra UI di masa yang akan datang.

Pementasan ini juga rencananya akan dihadiri oleh Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon, yang juga alumni Teater Sastra UI. (sihar ramses simatupang)

RELATED POSTS
FOLLOW US