Lukisan Kearifan Lokal Wonosalam, Triyoso Yusuf, Terjual

Posted by : wartajab Februari 9, 2025

SURABAYA : Lukisan wayang dan kearifan lokal Wonosalam, karya Triyoso Yusuf, melarutkan jiwa. Harmonisasi warna dan gaya goresannya memikat pandangan mata.

Pameran tunggal Triyoso yang digelar di Galeri Merah Putih, Komplek Balai Pemuda, Surabaya, 8-13 Februari 2025, keindahan lukisannya yang menghipnotis pengunjung pameran, ditandai dengan terjualnya lukisan “KenDuren Wonosalam”, yang diminati kolektor lukisan Surabaya.

“Menikmati lukisan pesta durian itu, membuat saya terasa larut terbawa ke dalam acara pesta durian,” kata Endah, kolektor yang membawa pulang lukisan “KenDuren Wonosalam” ukuran 100 x 150 cm.

Endah juga terpikat dengan teknik lukisan Triyoso yang mengingatkannya pada lukisan Affandi dan Antonio Blanco. “Style lukisannya mengingatkan saya ketika mengunjungi museum Affandi dan Antonio Blanco. Mirip dengan gaya lukisan sang maestro,” papar Endah.

Triyoso tak mengelaknya. Dalam berkarya, dia berkiblat pada tiga maestro lukis yakni Affandi, Antonio Blanco, dan Hendra Gunawan.

“Saya memadukan ketiga gaya itu untuk menciptakan style sendiri,” kata Tri, yang belajar melukis sejak sekolah dasar dibimbing ayahnya (alm) Soedjadi Darijanto, ketika di Wonosalam, Jombang, dan didalami hingga lulus tahun 1997 dari SMKN 12 Surabaya.

Secara teknis, gaya lukisannya sengaja tak mengikuti pakem. Ada distorsi anatomi dalam mencipta figur dan liarnya garis serta semburatnya warna. Misalnya, bentuk leher dan jari-jari dibuat panjang, tak seanatomis ukuran normal manusia.

“Efek gaya itu untuk memunculkan sepenuhnya rasa dari obyek lukisan,” kata Tri yang memutuskan diri sebagai pelukis sejak tahun 2016.

Sebelumnya, Tri adalah desainer grafis di biro advertising sejak lulus SMKN 12. Selama 18 tahun, dia berkiprah menciptakan disain produk kemasan berbagai komoditi. Salah satu yang dicipta adalah disain biskuit UBM dan AIM.

Dia menyebut dirinya di masa itu sebagai pelukis digital, karena melukis dengan aplikasi Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Corel Draw, Macro Media, dan Free Hand. Juga pelukis cahaya karena bekerja dengan kamera digital DSLR dan lighting studio.

Di tahun 2016, Tri beralih ke media kanvas karena pekerjaan disain sepi. Dia ikut pameran Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) 2016 menampilkan delapan karyanya bertema wayang purwa.

“Semuanya terjual, hasilnya lumayan. Selain untuk biaya operasi kelahiran anak ragil nomer empat, yang lainnya bisa untuk memperpanjang nafas keluarga,” kenang Tri yang menyebut dirinya adalah pelukis yang dilahirkan PSLI.

Wonosalam Desa Kenangan 
Triyoso adalah anak nomer tiga dari empat bersaudara, kelahiran Dusun Plumpung, Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam, Jombang, 46 tahun silam.

Masa kecil hingga lulus SMP dihabiskan di desanya yang penuh kenangan dengan aneka ragam budaya yang mewarnai kehidupannya.

Bumi Wonosalam di lereng Gunung Anjasmoro, Jombang, adalah kawasan hutan dengan vegetasi rimbun dan lebat. Lahan perkebunannya ditumbuhi buah durian, salak, alpukat, rambutan, nanas, pisang berkembang subur.

Bulan Februari adalah musim panen durian di Wonosalam. Pemerintahan desa menggelar perayaan Kenduri Durian yang dibagi gratis ke masyarakat di pusatkan di kantor kecamatan. Juga digelar pesta buah Salak di saat musim panen Salak.

Dulunya, tonil rakyat wayang kulit, ludruk, jaranan “hidup” sebagai hiburan masyarakat di Wonosalam di era 1970 hingga 1990-an akhir.

“Dulu, hampir tiap desa punya grup wayang kulit atau ludruk. Sekarang sudah tak ada lagi, kecuali jaranan yang masih ada. Semasa kecil saya sering nonton wayang kulit bersama almarhum kakek. Beliau yang mengenalkan dunia wayang pada saya,” jelas Tri yang menyukai tokoh Semar sebagai idolanya.

Wonosalam sebagai desa wisata juga berdiri sejumlah hunian hotel dan resto berkelas. Di tahun 2016, digelar pertunjukkan jazz sawah Wonosalam, dimeriahkan artis sohor seperti Tompi, Marcel, atau Ruth Sahanaya. Juga Keroncong Sawah yang mendapat aplaus masyarakat dari luar kota Jombang.

Sebagai arek Wonosalam, Triyoso membantu masyarakat Wonosalam dengan menciptakan disain komunikasi visual berupa poster atau artwork untuk menghidupkan wisata Wonosalam.

Selain itu, kearifan lokal Wonosalam yang terekam dalam kenangan Triyoso, dituangkan dalam karya-karya lukisnya yang bertema wayang dan tradisi adat istiadat Wonosalam.

Triyoso banyak melukis Semar dalam berbagai versi, dikoleksi oleh sejumlah pejabat Polri di Jakarta. Dua karyanya juga dikoleksi Presiden SBY saat pameran di Malang tahun 2023, serta Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak.

Karya lainnya dikoleksi oleh kolektor Malaysia, Singapore, dan Belanda lewat transaksi dari akun Facebook dan Instagram pribadinya. (anto)

RELATED POSTS
FOLLOW US