Anak perempuan kecil cantik yang baru tahu jalan itu menarik telunjuk ayahnya mengajak berjalan kesana kemari, dengan sabar iapun menuntun keliling ruang tunggu di bandara yang lumayan luas itu.
Anak itu giat melatih kakinya, agar Ia segera bisa berlari dan melompat lompat. Seperti itulah iman dan doa doa kita harus dilatih. Bapa Kita sabar menuntun dan mendengar semua kata-kata
Mazmur 55:17
Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia mendengar suaraku.
Iman sejati memegang dan mengklaim berkat yang dijanjikan sebelum terwujud dan dirasakan.
Kita harus menyampaikan permohonan kita dalam iman di balik tabir kedua dan membiarkan iman kita memegang berkat yang dijanjikan dan mengklaimnya sebagai milik kita.
Kita kemudian harus percaya bahwa kita menerima berkat itu, karena iman kita telah memegangnya.
Menurut Firman itu adalah milik kita. “Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” (Markus 11:24.)
Di sinilah iman, iman yang sebenarnya, percaya bahwa kita menerima berkat, bahkan sebelum kita menyadarinya. Ketika berkat yang dijanjikan terwujud dan dinikmati, iman ditelan mentah-mentah.
Namun, banyak orang mengira mereka memiliki banyak iman ketika berbagi sebagian besar dengan Roh Kudus dan bahwa mereka tidak dapat memiliki iman kecuali mereka merasakan kuasa Roh.
Orang-orang seperti itu mengacaukan iman dengan berkat yang datang melalui iman. Waktu untuk menjalankan iman adalah ketika kita merasa kekurangan Roh.
Ketika awan kegelapan yang tebal tampaknya menyelimuti pikiran, maka itulah saatnya untuk membiarkan iman yang hidup menembus kegelapan dan menyebarkan awan.
Iman sejati bersandar pada janji-janji yang terkandung dalam Firman Tuhan, dan hanya mereka yang menaati Firman itu yang dapat mengklaim janji-janjinya yang mulia.
Kita harus banyak berdoa secara rahasia. Kristus adalah pokok anggur, kamu adalah ranting-rantingnya.
Dan jika kita ingin bertumbuh dan berkembang, kita harus terus-menerus mengambil sari dan makanan dari Pokok Anggur yang Hidup; karena terpisah dari Pokok Anggur kita tidak memiliki kekuatan.
Saya bertanya kepada malaikat itu mengapa tidak ada lagi iman dan kuasa di Israel. Dia berkata, “Kamu melepaskan tangan Tuhan terlalu cepat. Tekankan permohonanmu kepada takhta, dan berpeganglah dengan iman yang kuat. Janji-janji itu pasti. Percayalah bahwa kamu menerima hal-hal yang kamu minta, dan kamu akan memperolehnya.” . . . Saya melihat bahwa kita telah meragukan janji-janji yang pasti, dan melukai Juruselamat dengan kurangnya iman kita. . . . Jika musuh dapat menuntun mereka yang putus asa untuk mengalihkan pandangan mereka dari Yesus, dan melihat kepada diri mereka sendiri, dan merenungkan ketidaklayakan mereka sendiri, alih-alih merenungkan kelayakan Yesus, kasih-Nya, kebaikan-Nya, dan belas kasihan-Nya yang besar, ia akan melepaskan perisai iman mereka dan memperoleh sasarannya; mereka akan terpapar pada godaannya yang berapi-api. Karena itu, orang yang lemah harus memandang kepada Yesus, dan percaya kepada-Nya; mereka kemudian menjalankan iman.—Ellen G White dalam Early Writings, 72, 73. HB 146.2 – HB 146.4
Berdoalah terus-menerus seiring dengan nafas hidup ini dan kita terus menikmati kuasa-Nya dari jam ke jam.
Biodata: Pulo Lasman Simanjuntak, adalah seorang rohaniawan dari jemaat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Jatinegara Jakarta Timur. Dalam jabatan pelayanan pernah menjadi anggota majelis gereja, penatua jemaat, dan saat ini sebagai diakon serta guru sekolah sabat (SS) atau guru Injil/Alkitab. Sehari-harinya juga dikenal sebagai wartawan dan sastrawan.Bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.Kontak
