Pertarungan di Negeri Pohon dan Pencarian Galih Kelor

Posted by : wartajab Desember 29, 2024

Oleh: Rissa Churria

Setelah perjalanan panjang mereka bersama Penguasa Angin, Arya, Nara, dan Mira kembali melanjutkan petualangan mereka yang belum berakhir. Kitab Peta yang telah terbuka sepenuhnya kini menunjukkan tujuan terakhir: Hutan Kuno Dryadia, tempat di mana penguasa pohon bersemayam dan tempat mereka harus menemukan Galih Kelor yang legendaris.

Galih Kelor dikatakan sebagai inti dari Pohon Kelor yang memiliki kekuatan untuk menyeimbangkan alam. Hanya dengan mendapatkan Galih Kelor, mereka bisa membuka kunci terakhir yang akan membawa mereka kembali ke dunia mereka, setelah perjalanan panjang di dunia para penyihir dan peri.

Perjalanan menuju Hutan Dryadia penuh dengan kesunyian yang mencekam. Pohon-pohon yang menjulang tinggi di hutan itu tampak seperti pengawas yang mengintai setiap langkah mereka. Dahan dan ranting-ranting bergoyang tanpa angin, seolah-olah ada kekuatan lain yang membuat mereka hidup.

Ketika mereka tiba di tengah-tengah hutan, tiba-tiba suara gemerisik terdengar dari segala arah. Daun-daun bergoyang meski tidak ada angin yang bertiup. Lalu, sebuah suara dalam dan berat memecah keheningan.

“Siapa yang berani menginjakkan kaki di wilayah kami?”

Mata ketiga bersaudara itu berputar, mencari sumber suara. Mereka terkejut ketika melihat sebuah pohon besar di hadapan mereka bergerak. Cabang-cabangnya berubah menjadi seperti lengan, akar-akarnya terangkat dari tanah seperti kaki yang menjulang. Pohon itu hidup!

“Nama kami adalah Arya, Nara, dan Mira. Kami datang untuk mencari Galih Kelor, sesuai petunjuk dari Kitab Peta.” jawab Arya dengan tenang.

“Galih Kelor bukan untuk manusia! Banyak yang datang mencarinya, tapi tak satu pun dari mereka yang pergi dengan selamat. Galih Kelor adalah jantung dari kekuatan hutan ini. Kalian tidak bisa memilikinya.” Sosok pohon itu tampak lebih menegakkan tubuhnya.

Kami tidak berniat mengambilnya untuk diri kami sendiri. Kami membutuhkannya untuk menyelamatkan dunia kami. Alam sedang kacau, dan Galih Kelor adalah kunci untuk mengembalikan keseimbangan.” Nara menjawaab sambil melangkah maju dengan penuh keyakinan.

Pohon besar itu tampak merenung sejenak, sebelum menjawab, “Jika kalian ingin Galih Kelor, kalian harus membuktikan bahwa kalian layak. Tapi ingatlah, kami pohon-pohon di sini adalah penjaga terakhir. Tidak akan mudah untuk kalian mendapatkan apa yang kalian cari.”

Tanpa peringatan, tanah di bawah mereka berguncang hebat. Pohon-pohon di sekitar mereka mulai bergerak, cabang-cabang mereka merentang seperti tangan yang siap menyerang. Nara segera menarik pedangnya, Arya bersiap dengan busurnya, sementara Mira mengumpulkan sihir angin di telapak tangannya.

Pertempuran Sengit

Pertarungan pun dimulai. Pohon-pohon itu bergerak cepat, jauh lebih cepat daripada yang dibayangkan ketiga bersaudara itu. Akar-akar mereka menjulur dari tanah, melilit kaki Arya, mencoba menjatuhkannya. Dengan gesit, Arya memotong akar-akar itu dengan pisau kecilnya, lalu melesatkan panah ke arah cabang yang bergerak mendekat.

Nara bertarung dengan gagah berani, pedangnya berkilat di udara saat ia menebas akar-akar yang mencoba menghalangi mereka. Cabang-cabang pohon menyerang dari segala arah, tapi Nara mampu menangkis dan menghindar dengan kecepatan luar biasa.

Di sisi lain, Mira menggunakan kekuatan anginnya untuk menangkis serangan cabang-cabang itu. Dia membuat pusaran angin yang kuat, menahan serangan akar yang mencoba menyentuh mereka.

“Kita tidak bisa bertarung selamanya!” teriak Mira.

“Kita harus menemukan Galih Kelor!”

“Ayo bergerak maju! Kita harus mencapai jantung hutan ini!” Arya mengangguk setuju.

Dengan segenap kekuatan, mereka menerobos serangan-serangan para pohon penjaga, berlari ke arah bagian terdalam hutan. Pohon-pohon terus menyerang mereka tanpa henti, tapi mereka bertiga bekerja sama dengan luar biasa. Arya menembakkan panah ke arah cabang yang mencoba menjebak mereka, Nara dengan tegas memotong akar-akar yang melilit kaki mereka, sementara Mira melindungi mereka dengan kekuatan angin yang menjaga jarak serangan musuh.

Setelah pertempuran panjang dan melelahkan, akhirnya mereka tiba di sebuah tempat terbuka di tengah hutan. Di sana, berdiri sebuah pohon raksasa yang jauh lebih besar dan megah daripada yang pernah mereka lihat. Pohon ini bersinar lembut, dan di tengah-tengah batangnya, mereka bisa melihat kilatan cahaya hijau yang memancar—itu adalah Galih Kelor.

Namun, sebelum mereka bisa mendekati pohon itu, sosok besar muncul di depan mereka. Seekor pohon hidup yang lebih besar dari yang lainnya, dengan wajah marah dan cabang-cabangnya yang seperti pedang. Dialah penguasa pohon, Dryad Agung.

“Berani-beraninya kalian mencoba merebut Galih Kelor dari hutan kami,” gumamnya dengan suara berat.

“Kalian akan membayar mahal atas tindakan kalian.” Dryad agung mulai menyerang mereka.

Pertarungan tidak dapat dihindrkan. Dryad Agung menggerakkan cabang-cabangnya yang seperti cambuk, menyerang mereka dengan kekuatan dahsyat. Arya, Nara, dan Mira harus mengerahkan seluruh kekuatan mereka untuk melawan serangan Dryad Agung. Cabang-cabangnya menghantam tanah, menciptakan ledakan tanah dan batu di sekeliling mereka.

Arya menembakkan panah tepat ke arah jantung Dryad, tapi cabang-cabangnya dengan cepat menangkis setiap serangan. Nara berusaha mendekat dengan pedangnya, tapi akar-akar besar menghalanginya di setiap langkah.

Kita harus menggunakan akal kita! Kita tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan fisik!” Mira menyadari bahwa mereka tidak bisa mengalahkan Dryad Agung dengan kekuatan semata.

Saat itu, Mira teringat kata-kata Aeolus, Penguasa Angin: “Yang kalian cari bukanlah kekuatan fisik, tapi pemahaman yang lebih dalam tentang alam.”

“Dryad Agung!” Mira berteriak.

“Kami tidak datang untuk merusak hutanmu. Kami ingin menyelamatkan dunia kami, dan Galih Kelor adalah satu-satunya harapan kami. Bantu kami, bukan sebagai musuh, tapi sebagai penjaga keseimbangan alam.” Dia menutup matanya, mencoba merasakan keharmonisan di sekitarnya.

Keseimbangan alam adalah segalanya bagi kami. Jika kalian benar-benar berjuang untuk keseimbangan itu, maka buktikanlah.” Untuk sesaat, Dryad Agung berhenti menyerang. Matanya yang bersinar hijau menatap Mira dalam-dalam.

Mira menurunkan tangannya, menghentikan sihir angin yang berputar di sekelilingnya. Dia maju dengan berani, meskipun cabang-cabang Dryad Agung masih siap menyerang.

“Kami tidak akan mengambil lebih dari yang kami butuhkan. Kami berjanji akan menjaga keseimbangan seperti yang kau jaga selama ini.” tegas Mira.

Dryad Agung terdiam lama, sebelum akhirnya mengangguk pelan. “Baiklah. Jika itulah tujuanmu, maka aku akan memberikan Galih Kelor kepadamu. Tapi ingat, tanggung jawab besar mengikuti kekuatan besar ini.”

Dengan itu, cahaya hijau dari pohon raksasa di belakang Dryad Agung mulai bersinar lebih terang. Sebuah buah kecil, bersinar seperti zamrud, jatuh dari pohon itu dan mengambang ke arah Mira. Itulah Galih Kelor, inti kekuatan yang bisa menyelamatkan dunia mereka.

Mira menerimanya dengan penuh rasa hormat, dan Dryad Agung menghilang kembali ke dalam hutan, bersama dengan seluruh pohon yang sebelumnya menyerang mereka. Hutan kembali tenang, seakan pertempuran sengit sebelumnya hanya ilusi.

“Ini dia,” Mira berkata pelan sambil memegang Galih Kelor di tangannya.

“Kita berhasil.”

Dengan Galih Kelor di tangan, mereka tahu bahwa perjalanan mereka hampir berakhir. Namun, masih ada satu tugas terakhir yang harus mereka selesaikan. Dan itu menunggu mereka di rumah __ di dunia mereka sendiri.(*)

 


Rissa Churria adalah pendidik, penyair, esais, pelukis, aktivis kemanusiaan, pemerhati masalah sosial budaya, pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), pengelola Rumah Baca Ceria (RBC) di Bekasi, anggota Penyair Perempuan Indonesia (PPI), saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sudah menerbitkan 7 buku kumpulan puisi tunggal, 1 buku antologi kontempelasi, serta lebih dari 100 antologi bersama dengan para penyair lainnya, baik Indonesia maupun mancanegara. Rissa Churria adalah anggota tim digital dan siber di bawah pimpinan Riri Satria, di mana tugasnya menganalisis aspek kebudayaan dan kemanusiaan dari dunia digital dan siber.

RELATED POSTS
FOLLOW US