![](https://wartajabar.net/wp-content/uploads/2024/12/IMG-20241212-WA0224.jpg)
Jakarta – Institusi pendidikan seni masih tetap membutuhkan para pelaku dan pengkarya seni. Sebab, selain kebutuhan pada tenaga pendidik yang berlatar akademis dan pengkajian, institusi pendidikan seni butuh tenaga pengajar atau dosen yang berlatar penciptaan seni.
Hal itu diungkapkan oleh sineas kawakan yang juga alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Garin Nugroho di hadapan para alumni, pengajar dan jajaran Rektorat IKJ di Studio TOM – Fakultas Film dan Televisi IKJ, Jakarta, Rabu (11/12/2024).
“Karena itu, menjadi sebuah dilema, bila sistem pendidikan tak cukup mengikuti percepatan kreatif dan tuntutan kesejahteraan masyarakat di bidang seni dan kebudayaan. Kita harus membaca peta industri kreatif perfilman belakangan ini,” ujarnya sambil menyebut beberapa senior yang hadir dan selama ini eksis di industri perfilman.
Tidak dipungkiri, banyak sekali karya yang mengemuka di forum nasional dan internasional yang merupakan buah karya para alumni IKJ. Saatnya buah pemikiran itu diwariskan ke generasi selanjutnya lewat institusi pendidikan.
Lebih lanjut, Garin mengatakan, dalam dunia akademis, banyak pendidikan justru mengendepankan kajian dan teori tapi tak dilengkapi pengajar penciptaan. Dampaknya, pelaku seni bakal berkurang. Persoalan ini harus segera diatasi.
Menurutnya, tiap pihak, baik pendidik mau pun pelaku kreatif seni mesti duduk bersama untuk mencarikan solusinya.
“Selama lulusan pascasarjana tak eksis di lapangan. Banyak sekolah lebih banyak kajian dan teori tapi tak dilengkapi pengajar penciptaan, sehingga menghasilkan mahasiswa yang menjadi pelaku seni itu akan sangat berkurang sehingga keberadaan alumni yang pelaku seni industri perfilman tentu sangat dibutuhkan,” ujar Garin.
Rektor IKJ Syamsul Maarif mengatakan, alumni dan IKJ akan bertransformasi menuju IKJ Unggul. Dia juga merespon pandangan Garin, “Alumni di kampus lain biasanya terlibat. Ini kebanggaan bagi kampus. Alumni IKJ pun mendatang, akan dilibatkan dalam perkuliahan mendatang atau mentoring,” ujarnya.
Syamsul Maarif juga mengucapkan terimakasih untuk prestasi para alumni yang telah mengangkat film Indonesia hingga ke forum internasional.
Dia mengingatkan bahwa pencapaian ini bukan akhir perjalanan melainkan sebagai motivasi untuk karya yang lebih baik, lebih berani dan menggugah hati. Para mahasiswa juga merasa bangga dengan karya terbaik dan prestasi para alumni.
“Tadi juga ada lontaran soal perubahan fisik gedung di kampus ini Perubahan kotak gedung ini hanya fisik tapi semangat jangan sampai terpetak. Jadi harus dibuat ruang terbuka untuk sama sama saling tahu dan berkerjasama. Ekosistem berkesenian di kampus ini harus dibangun,” ujarnya.
IKJ memiliki sejarah yang panjang saat pemerintah daerah menyediakan lembaga atau institusi pendidikan seni. Kisahnya dimulai dari Pemerintah DKI Jakarta membuat institusi seperti IKJ juga Solo yang mendukung keberadaan ISI di Solo dan Yogyakarta yang mendukung terbentuknya STSI yang melahirkan banyak pelaku seni.
Civitas akademika merasa bangga dengan karya terbaik dan prestasi para alumni. Mendatang, alumni dan IKJ mengagendakan Festival Kali Pasir agar terlihat sinergi dan mempererat silaturahmi antara alumni dan segenap civitas akademika IKJ. (Sihar Ramses Simatupang)