Seorang kreator selalu tergoda untuk menyulap material di hadapannya menjadi karya seni.
Itulah yang selalu dialami oleh Suparno (62), warga Kampung Kelapa, Desa Rawa Panjang, Kec. Bojonggede, Kab. Bogor.
Dari tangannya lahir karya seni yang materialnya dari limbah domestik, di antaranya kaos, busa, styrofoam, kasur dan karpet.
Limbah domestik tersebut disulap menjadi bonsai artifisial, pot, pohon, meja kayu jati dan lain sebagainya.
“Setiap melihat limbah yang terpikir adalah mau dibuat apa. Dan semua bisa menjadi karya seni,” kata pria kelahiran Jakarta ini.
Maka, dari tangannya, kaos yang sudah menjadi gombal mukiyo (Jawa, sampah) dikreasi menjadi batang pohon, mulai dari batang bonsai hingga pohon besar. Pewarnaan menggunakan tanah, semen dan pernis buatan sendiri.
Nano–sapaan Suparno–baru lima tahun menekuni seni dari limbah. Profesi utamanya adala pelukis (termasuk outdoor), relief dan ahli taman. Pilihan terjun ke seni dari limbah karena sering melihat sampah-sampah berserakan di sekitarnya.
Saat ini sudah puluhan bonsai artifisial yang lahir dari tangannya. Sehari Nano bisa memproduksi 20 item. Harga per item Rp30.000, kerap dijual pihak kedua dengan harga Rp250.000/item.
Selain bonsai tiruan, Nano juga kerap kendapat garapan lanskap dari bahan bekas. Salah satunya membuat pepohonan di cafe yang bahan dasar utamanya adalah kasur busa.
“Pas di cafe, orang yang melihat, pertama kali mencibir saya. Saya dikatakan orang gila. Tapi setelah jadi mereka memuji-muji saya,” katanya dengan tersenyum.
Cibiran sebagai kreator dari limbah sudah biasa diterima oleh Nano. Tapi dia membuktikan dengan karya.
Sebagai kreator, yang paling membuat Nano bangga kalau karyanya, yang bahannya dari limbah atau sampah, bisa dipajang di tempat-tempat terhormat, seperti misal meja direktur.
Nano berharap nantinya lebih fokus sebagai kreator, sedangkan untuk promosi dan penjualan oleh pihak kedua.
“Saya ini hanya bisa bikin saja, fokus bikin. Itu tugas saya. Tidak terpikir komersial. Tidak bisa pasarkan,” ujarnya seraya menambahkan dirinya akan terbuka kalau ada yang memasarkan karyanya.
Kini Nano sedang merencanakan membuat patung tiruan Pangeran Diponegoro lengkap dengan kudanya, Jenderal Sudirman, Bung Karno, Jaka Tarub beserta bidadari dan seri relief.
Nano juga berharap ke depan bisa mengajari dan membuka lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda.
“Sudah menjadi kewajiban saya berbagi ilmu dan membuka lapangan pekerjaan bagi gento-gento,” ujarnya.(bud)