Cermin Bayang-Bayang: Refleksi Puisi Nunung Noer El Niel, Segera Diluncurkan

Posted by : wartajab September 10, 2024

Oleh Rissa Churria

Dunia sastra Indonesia kembali disemarakkan dengan hadirnya karya terbaru dari penyair perempuan Nunung Noer El Niel yang akan meluncurkan buku kumpulan puisinya bertajuk Cermin Bayang-Bayang. Buku ini direncanakan akan dirilis secara resmi pada akhir bulan September 2024, dengan tempat peluncuran yang dinantikan oleh para pecinta sastra.

Cermin Bayang-Bayang merupakan karya ketujuh dari perjalanan panjang Nunung Noer El Niel di dunia sastra. Kumpulan 90 puisi yang dirangkum selama hampir dua tahun ini merupakan refleksi mendalam tentang kehidupan, perasaan, dan renungan pribadi sang penyair. Melalui puisi-puisinya, Nunung mengajak pembaca untuk merenungkan pengalaman batin yang kompleks, dibalut dengan keindahan bahasa dan kedalaman makna.

 

Perjalanan Sastra dan Gaya Karya Nunung Noer El Niel

Nunung Noer El Niel dikenal dengan gaya bahasa yang lembut namun tajam, menggunakan Cermin Bayang-Bayang sebagai media untuk menyampaikan berbagai tema universal seperti cinta, kehilangan, dan pencarian makna hidup. Melalui puisi-puisinya, Nunung mengajak pembaca untuk melihat ke dalam diri mereka sendiri, seakan bercermin pada bayangan kehidupan yang bergerak dinamis.

Dalam buku ini, Nunung menghadirkan keluwesan bahasa yang kerap mengalir penuh emosi namun tetap dalam bingkai struktur yang solid. Hal ini menjadikan karyanya menarik, baik bagi para pembaca lama sastra maupun bagi mereka yang baru mulai menjelajahi dunia puisi.

 

Dukungan dari Jagat Sastra Milenia (JSM)

Cermin Bayang-Bayang tidak hanya menjadi pencapaian pribadi Nunung Noer El Niel, tetapi juga merupakan bukti dukungan komunitas sastra yang telah mendampinginya. Buku ini diterbitkan oleh JSM Press, hasil kolaborasi dengan komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), sebuah komunitas yang dipimpin oleh Riri Satria, tokoh penting dalam pengembangan literasi dan sastra di Indonesia.

Dalam prolog buku, Riri Satria menyoroti bagaimana puisi-puisi Nunung mampu menggugah perasaan dan memprovokasi pemikiran pembaca. Ia menyebut Cermin Bayang-Bayang sebagai puncak pencapaian literasi kontemplatif. “Setiap puisi dalam buku ini membawa pembaca merenungkan kehidupan dari sudut pandang yang berbeda,” kata Riri.

 

Sudut Pandang Warih Wisatsana

Warih Wisatsana, seorang penyair, kritikus sastra, dan budayawan yang dikenal dengan pemikiran mendalamnya, turut berkontribusi dalam buku ini dengan menulis epilog. Warih menilai bahwa Cermin Bayang-Bayang bukan sekadar kumpulan puisi, melainkan sebuah perjalanan batin yang berlapis-lapis. Menurutnya, puisi-puisi Nunung menawarkan perpaduan antara kontemplasi dan dinamika perasaan manusia, mengajak pembaca untuk terus menggali makna di balik setiap kata yang dituliskan.

“Bagi saya, Nunung bukan hanya penyair yang mendalam dalam melihat dunia, tapi juga sangat piawai dalam membingkai kompleksitas perasaan dengan kesederhanaan bahasa. Buku ini adalah undangan untuk menafsirkan ulang makna kehidupan yang kerap tersembunyi dalam bayang-bayang,” ungkap Warih.

 

Antisipasi Peluncuran

Peluncuran buku Cermin Bayang-Bayang telah dinantikan oleh banyak pihak, termasuk kalangan penggiat sastra dan penggemar karya-karya Nunung. Dengan tema universal yang disajikan dalam gaya yang unik, karya ini diperkirakan akan menjadi salah satu karya yang paling dibicarakan di kalangan pencinta sastra tahun ini.

Riri Satria, yang telah mengenal Nunung sejak tahun 2014, menambahkan, “Nunung itu sosok yang unik dalam berpuisi dan susah ditebak. Terkadang kontemplatif, terkadang meledak-ledak, terkadang erotik, terkadang religius, dan kerap mengusung tema feminisme. Namun, di situlah letak kekuatan Nunung, karyanya tidak pernah monoton.” Pendekatan beragam yang digunakan Nunung, menurut Riri, memperkaya pengalaman membaca puisi bagi pembaca dari berbagai latar belakang.

Sebagai pengamat sekaligus penulis, saya melihat Cermin Bayang-Bayang sebagai karya yang mencerminkan pertumbuhan emosional dan spiritual Nunung Noer El Niel. Setiap puisi seolah menghadirkan lapisan-lapisan refleksi yang memaksa pembaca untuk berhenti sejenak, meneliti kembali cerminan kehidupan mereka sendiri. Kekuatan Nunung dalam memilih kata dan menyusun citraan begitu jelas, memberi ruang bagi pembaca untuk menyelami makna tanpa merasa tertekan oleh kerumitan.

Cermin Bayang-Bayang bukan hanya sebuah kumpulan puisi, tetapi juga merupakan perjalanan batin dan eksplorasi emosional yang kaya. Buku ini menarik tidak hanya bagi pecinta puisi, tetapi juga bagi siapa saja yang ingin merenungkan makna kehidupan melalui lensa sastra.

Peluncuran buku ini akan menjadi momen penting di dunia sastra Indonesia. Jadi, tunggu tanggal dan tempat peluncurannya, dan bersiaplah untuk menjelajahi dunia puisi yang penuh dengan cermin dan bayangan. (Bekasi, 09.09.2024)

 


Rissa Churria adalah pendidik, penyair, esais, pelukis, aktivis kemanusiaan, pemerhati masalah sosial budaya, pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), pengelola Rumah Baca Ceria (RBC) di Bekasi, anggota Penyair Perempuan Indonesia (PPI), saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sudah menerbitkan 7 buku kumpulan puisi tunggal, 1 buku antologi kontempelasi, serta lebih dari 100 antologi bersama dengan para penyair lainnya, baik Indonesia maupun mancanegara. Rissa Churria adalah anggota tim digital dan siber di bawah pimpinan Riri Satria, di mana tugasnya menganalisis aspek kebudayaan dan kemanusiaan dari dunia digital dan siber.

RELATED POSTS
FOLLOW US