Buku Puisi Karya Idrus F Shahab dan Ning Diluncurkan di Perpustakaan Badan Bahasa

Posted by : wartajab Mei 1, 2024 Tags : Badan Bahasa , Idrus F shahab , Ning

JAKARTA – Idrus memetik gitar klasik. Kekuatan keheningan tersirat dalam pentasnya. Idrus menulis puisi menjadi buku. Idrus, jurnalis yang meliput dan menjelajah dunia.

Puisinya hening. Lirisnya kuat. Meski sumber kejadian, fakta dan peristiwa ada di depan mata, dia telah berhasil menarik ruang komtemplasi. Puisinya tak seriuh berita reportase. Jauh sekali, dia malah menyelam dalam keheningan dan dalam dalam semiotik kata.

Buku kumpulan puisinya yang bertajuk “Sajak-sajak Malam Gerimis – Setangkai Mawar Chairil” hanyalah salah satu dari dua buku yang diluncurkan di Kantor Perpustakaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di Gedung M Tabrani Jl Daksinapati Barat, Rawamangun, Jakarta, Selasa (30/4/2024).

Idrus F Shahab yang dikenal sebagai jurnalis Tempo ini mengumpulkan 43 puisi selama beberapa tahun di buku barunya itu.

Kita tengok salah satu puisinya yang berjudul Nona Alaska:

Kau kembali ke suatu tempat/ di mana matahari dan hati jadi beku//Dan aku mencoba paham/ mungkin di sana,/ di antara gerimis yang turun seperti kapas/ dan gelepar ikan di lubang salju/
kau akan menguburkan gosong hatimu//Kita mengawali dan mengakhiri dengan baik/Yang berasal dari debu kembali ke debu//Namun malam selalu punya cerita sendiri,/sesungging senyummu masih tertinggal/di kamar yang sepi ini//

Sajak yang bertiti mangsa McMinnville, OR, 1986 ini hanyalah salah satu puisi dengan keheningan dan diksi kuat di buku puisinya.

Kecenderungan liris sekaligus membuat kejutan di akhir puisi itu ditangkap juga oleh salah satu pembicaranya, penyair dan pengajar sastra Zeffry Alkatiri.

“Gaya bahasa dan kontennya yang kuat membuat pembaca nyambung dengan frekwensi dari puisinya. Efek kejutan akhir kadang nampak dalam puisinya,” ujar Zeffry.

Menurutnya, Idrus tak hanya menampilkan tema lokal tapi juga tema universal. Aspek kebahasaan terasah dari esainya yang mendetail tapi juga enak dan mudah dicerna.

Zeffry memaparkan mungkin kedekatannya pada literasi dan perenungan penyair sufi Jalaludin Rumi turut mempengaruhi daya ungkap dan perenungannya, termasuk tasawuf Rumi.

“Pada buku sajak ini, kita juga diberi ruang sekaligus persoalan tentang reformasi Indonesia. Bukan hanya persoalan emosi yang dimunculkan. Buku ini menarik dan kuat,” tambah Zeffry.

Puisi Cinta dan Kehidupan

Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Hafidz Muksin menyatakan dukungannya terhadap aspek literasi termasuk dalam peluncuran dua buku puisi ini.

Selain buku puisi Idrus, satu lagi buku puisi bertajuk Perihal Kita karya Ning. Penulis puisi bernama asli Sutarya yang turut diluncurkan.

Suryaningsih yang juga menjadi guru di Batam, mengaku kerap mengoleksi puisi-puisinya hingga menjadi buku seperti sekarang.

Ketua KKLP Pembinaan dan Bahasa Hukum Eko Marini mengatakan buku puisi Ning mengandung ungkapan kerinduan, harapan dan kecintaan pada kehidupan.

“Selain tematik rindu dan cinta pada kehidupan, ada semacam ritme dan nyanyian dari kata-kata di tiap puisi  (ephoni atau bunyi, red) dalam buku ini,” ujar Eko Marini. (srs)

RELATED POSTS
FOLLOW US