Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur, Jawa Barat mengeluarkan sejumlah kebijakan dalam upaya menurunkan kasus stunting di wilayahnya. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, dr. Nenden Evi Wulandari mengatakan program Pemkab Cianjur fokus pada peningkatan layanan intervensi stunting. Salah satu di antaranya adalah program Permata Kamila, yaitu memberikan makanan tambahan lokal kepada ibu hamil kurang energi kronis (KEK) dan balita.
“Upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Cianjur dengan melakukan inovasi program, di antaranya Jufe atau Jumat Minum FE (zat besi), Gebrak Roasting atau Gerakan Bersama Aksi Orangtua Asuh Stunting, dan Permata Kamila serta kerja sama dengan CSR perusahaan dan organisasi masyarakat,” beber Nenden dalam acara Best Practice Rapat Kerja Kesehatan Nasional Tahun 2024 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (25/4/2024).
Lebih lanjut dia memaparkan, program Permata Kamila berlangsung di 32 kecamatan, 47 puskesmas, 157 desa, dan 137 pos gizi. Untuk menentukan jenis makanan yang tepat untuk intervensi stunting, Dinas Kabupaten Cianjur menggandeng Persatuan Ahli Gizi Cianjur.
“Tujuannya untuk menyusun menu yang sesuai dengan target gizi. Sebelum didistribusikan melalui pos gizi, makanan tersebut melalui proses uji coba dan evaluasi (food testing),” ucap Nenden.
Program Dinas Kabupaten Cianjur juga menyelenggarakan edukasi dan konseling gizi. Program Permata Kamila berperan penting untuk memastikan keberhasilan intervensi stunting.
“Edukasi dan konseling gizi sangat penting agar ibu dapat menerapkan materi yang telah diberikan pada program Permata Kamila sehingga ada perubahan pola makan di rumah yang tadinya hanya nasi dengan kecap saja menjadi makanan lokal yang memiliki nilai gizi,” ujarnya.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi stunting di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mencapai 41,22 persen dan menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia.
Menurut Nenden, setelah mengikuti program Permata Kamila sebanyak 4.371 anak dengan masalah gizi berhasil mencapai status gizi. Selain itu, ibu hamil dengan masalah gizi juga berhasil meningkatkan berat badan sesuai dengan target.
“Setelah dilakukan program intervensi, terjadi tren penurunan prevalensi stunting, yang pada tahun 2013 berdasarkan Riskesdas angkanya 41,72 persen turun menjadi 13,6 persen pada tahun 2022 berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia,” pungkas Nenden. (srs)