
Empat puluh enam tahun ibu itu bergumul dalam doa agar suami bisa menerima Yesus jadi Juruselamatnya, akhirnya terjawablah.
Tidak sia sia airmata pergumulan tumpah siang malam, dan sekarang airmata itu tumpah lagi karena rasa sukacita melihat tangan pendeta diangkat untuk mengurapi suami dalam kolam babtisan itu? begitulah doa itu ada teorinya. Marilah kita simak apa yang namanya
1 Tesalonika 5:17
Tetaplah berdoa.
Pelajaran Kristus mengenai doa harus dipertimbangkan dengan saksama. Ada ilmu ilahi dalam doa, dan perumpamaan-Nya [tentang sahabat di tengah malam, Lukas 11:5-8] memperlihatkan prinsip-prinsip yang perlu dipahami semua orang.
Dia menunjukkan apa roh doa yang sejati, Dia mengajarkan perlunya ketekunan dalam menyampaikan permohonan kita kepada Tuhan, dan meyakinkan kita tentang kesediaan-Nya untuk mendengar dan menjawab doa.
Doa kita tidak boleh menjadi permintaan yang egois, hanya untuk keuntungan kita sendiri. Kita harus meminta agar kita dapat memberi.
Prinsip kehidupan Kristus harus menjadi prinsip kehidupan kita. “Demi mereka,” kata-Nya, berbicara tentang murid-murid-Nya, “Aku menguduskan diri-Ku, supaya mereka pun dikuduskan.” (Yohanes 17:19.)
Pengabdian yang sama, pengorbanan diri yang sama, penurutan yang sama terhadap tuntutan firman Tuhan, yang nyata dalam Kristus, harus terlihat dalam diri hamba-hamba-Nya. Misi kita kepada dunia bukanlah untuk melayani atau menyenangkan diri kita sendiri; Kita harus memuliakan Tuhan dengan bekerja sama dengan-Nya untuk menyelamatkan orang berdosa.
Kita harus meminta berkat dari Tuhan agar kita dapat mengomunikasikannya kepada orang lain. Kapasitas untuk menerima hanya dapat dipertahankan dengan memberi. Kita tidak dapat terus menerima harta surgawi tanpa mengomunikasikannya kepada orang-orang di sekitar kita.
Dalam perumpamaan, pemohon berulang kali ditolak, tetapi ia tidak melepaskan tujuannya. Jadi doa kita tampaknya tidak selalu menerima jawaban langsung; tetapi Kristus mengajarkan bahwa kita tidak boleh berhenti berdoa.
Doa bukanlah untuk mengubah Tuhan; melainkan untuk membawa kita ke dalam keselarasan dengan Tuhan.
Ketika kita memohon kepada-Nya, Ia mungkin melihat bahwa kita perlu menyelidiki hati kita dan bertobat dari dosa. Oleh karena itu, Ia membawa kita melalui ujian dan pencobaan, Ia membawa kita melalui kehinaan, agar kita dapat melihat apa yang menghalangi pekerjaan Roh Kudus-Nya melalui kita.
Ada syarat-syarat untuk penggenapan janji-janji Tuhan, dan doa tidak akan pernah dapat menggantikan tugas. “Jikalau kamu mengasihi Aku,” kata Kristus, “ikutilah segala perintah-Ku.” “Barangsiapa memegang perintah-perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” (Yohanes 14:15, 21.)
Mereka yang membawa permohonan mereka kepada Allah, dengan mengklaim janji-Nya sementara mereka tidak menaati syarat-syaratnya, menghina Yehuwa.
Mereka membawa nama Kristus sebagai otoritas mereka untuk penggenapan janji, tetapi mereka tidak melakukan hal-hal yang akan menunjukkan iman kepada Kristus dan kasih kepada-Nya.—Ellen G White dalam Christ’s Object Lesson, 142, 143. HB 144.2 – HB 144.5
Berdoalah agar kita tidak pernah berhenti berdoa.
Tuhan Memberkati.
Biodata: Pulo Lasman Simanjuntak, adalah seorang rohaniawan dari jemaat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Jatinegara Jakarta Timur. Dalam jabatan pelayanan pernah menjadi anggota majelis gereja, penatua jemaat, dan saat ini sebagai diakon serta guru sekolah sabat (SS) atau guru Injil/Alkitab. Sehari-harinya juga dikenal sebagai wartawan dan sastrawan.Bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.Kontak