
Ada sebuah kisah menarik yang terjadi kepada seorang public figure yang pantas dijadikan bahan perenungan (reflection). Sebut saja namanya Fulan. Suatu ketika dia menyiapkan tiga kotak terbuat dari besi yang masing-masing diisi dengan uang sejumlah satu miliar. Jadi total ada tiga miliar. (Kisah ini diambil dari cerita beberapa sumber).
Satu kotak diserahkan kepada yayasan amal. Yang satu lagi dititipkan kepada temannya. Satunya lagi diserahkan kepada kerabatnya. Yang menarik, dia berpesan kepada ketiganya: “Tolong kotak ini jangan dibuka sebelum saya mati.”
Selang beberapa waktu kemudian si Fulan akhirnya benar-benar meninggal dunia. Ketiga pihak yang diberikan amanah tadi lantas membuka kotaknya, dan ternyata isinya adalah uang sebesar 1 (satu) miliar/kotak, berikut surat wasiat yang berisi arahan ke mana uang itu harus didistribusikan.
Ternyata, si Fulan —yang notabene juga seorang ulama itu— sedang melakukan transaksi secara rahasia dengan Allah SWT. Dia sangat memahami keutamaan bersedekah atau berinfaq secara diam-diam. Setidaknya, itu merupakan salah satu ikhtiar besarnya dalam ‘melobi’ Allah agar mendapatkan kucuran Rahmat dan maghfirah-Nya, sebelum dan sesudah meninggal dunia (qabla wa ba’dal maut).
Sedekah rahasia memang memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan sedekah secara terang-terangan. Dalam sabdanya (di kitab Washiyatul Musthofa), Rasulullah saw mengatakan:
“.. Shadaqatus Sirri tuthfiu ghadhabar rabbi, watajlibul barakata war rizqal katsira, wa baakir bish shadaqati, fa innal balaa-a yanzilu qablal bukuuri, fataruddal qadhaa-a fil hawaai.”
Artinya: Sedekah rahasia itu bisa mencegah kemurkaan Allah, mengundang keberkahan dan rejeki yang berlimpah, dan buru-burulah dalam bersedekah karena sesungguhnya bala’ turun sebelum pagi hari, maka sedekah itu bisa menolak ketentuan/taqdir (yang tidak baik) di angkasa.
Ada tiga poin penting yang perlu digarisbawahi dari sabda Nabi tersebut. Pertama, bahwa sedekah rahasia bisa mencegah kemurkaan Allah. Artinya, setiap dosa atau kelalaian yang dilakukan oleh seorang hamba bisa terhapus dan tidak menjadikan Allah murka dengan asbab sedekah rahasia tadi. Karena itu ada perintah berikutnya: iringilah setiap perbuatan buruk dengan amal salih, yang salah satu prioritas utamanya adalah sedekah rahasia.
Ini semakin menegaskan sinyalemen bahwa Allah memang sangat mencintai amal salih yang berkaitan dengan hablum minan nasi (hubungan antar sesama manusia). Simak kisah obrolan viral antara Nabi Musa AS dengan Allah SWT berikut ini (dialog imajiner yang insyaa Allah tidak mengurangi makna dari aslinya):
Allah: “Ya Musa, tahukah kamu amalan apa yang Aku cintai?”
Musa: “Shalatku ya Allah.”
Allah: “Bukan. Dengan shalat hatimu menjadi tenang. Tapi itu hanya untuk dirimu sendiri.
Musa: “Puasaku ya Allah, atau jihadku di medan perang.”
Allah: “Bukan juga ya Musa. Dengan puasa jiwamu menjadi suci, dengan berjihad kau mendapatkan kemuliaan. Tapi semua itu hanya untuk pribadimu.”
Musa: “Lalu amalan apa yang Engkau maksudkan ya Allah?
Allah: “Yaitu ketika engkau senang berbagi (sedekah/infaq) dengan sesamamu, saling mengasihi, saling memberi manfaat dan saling meringankan beban antara satu dengan yang lainnya.
Karena sangat mencintai amalan itu, maka pada poin kedua pada sabda Nabi tadi, Allah berjanji akan membalas dengan mendatangkan keberkahan dan rejeki yang berlimpah kepada orang yang melakukan amalan sedekah rahasia itu (watajlibul barakata warrizqal katsira). Juga pada poin ketiga bahwa Allah akan menghapus taqdir yang buruk seseorang yang tertulis di angkasa (Lauhul Mahfudz), dan menggantinya dengan taqdir yang baik.
Berkaitan dengan hal di atas, lagi-lagi ada sebuah kisah menarik yang terjadi pada zaman Nabi Musa. Dulu, dikisahkan ada sepasang suami istri yang hidup dalam kemiskinan. Suatu hari sang istri bergumam kepada suaminya: “Pak, Nabi Musa itu katanya bisa bicara langsung dengan Allah. Bagaimana kalau kita temui dan minta disampaikan kepada Allah agar kita dijadikan kaya raya.”
Suami istri itu pun lantas menemui Musa dan menyampaikan maksudnya itu. Nabi Musa dengan senang hati melaporkan keluh kesah mereka kepada Allah. Diperoleh jawaban, kata Allah: “Baik Musa, Aku penuhi permintaan mereka, namun cuma dua tahun masa kekayaannya.”
Musa langsung memberi kabar itu kepada mereka, dan mereka sangat bergembira walau dikatakan cuma dua tahun masa kekayaannya. Pikir mereka: “Lumayanlah dua tahun dari pada tidak sama sekali. Toh dengan harta kekayaan itu kami punya kesempatan untuk beramal salih sebanyak-banyaknya selama dua tahun.”
Apa yang terjadi? Tidak terlalu lama menunggu, suami istri itu tiba-tiba kaya mendadak. Rejekinya datang dari mana-mana. Mereka menjadi buah bibir orang di kampungnya. Yang menarik, semakin bertambah hartanya, suami istri ini justru semakin sibuk dengan kegiatan sosial. Mereka membuat lumbung-lumbung makanan secara gratis di banyak tempat. Mereka juga rajin membagi-bagikan hartanya kepada orang yang membutuhkan bantuan. Kegiatan amal sosial itu mereka lakukan hampir setiap hari.
Dead line dua tahun pun kian dekat. Nabi Musa penasaran apa yang akan terjadi setelah masa kekayaan suami istri itu habis seperti yang dikatakan Allah. Namun ajaib, setelah dua tahun berlalu, suami istri itu tetap saja kaya raya dan justru semakin bertambah hartanya dari hari ke hari. Nabi Musa heran lalu bertanya kepada Allah: “Ya Allah, kata Engkau mereka kaya raya cuma dua tahun, dan ini sudah lewat, tapi kenapa mereka malah makin kaya?”
Allah lalu menjelaskan: “Ya Musa, setelah aku beri rejeki berlimpah, Aku lihat mereka semakin karim jiwanya, peduli kepada saudaranya, tidak memikirkan dirinya sendiri, tapi memikirkan dan peduli pada nasib orang-orang sekitarnya. Itu mereka lakukan sebagai bentuk rasa syukur atas nikmatku.”
Lalu Allah melanjutkan perkataannya: “Aku ini Maha Rahman dan Rahim (kasih dan sayang) ya Musa. Jika aku melihat ada hambaku berjiwa pengasih dan penyayang seperti mereka itu, maka Aku seperti tersaingi, dan aku tidak mau kalah. Maka aku lipat gandakan nikmatku kepada mereka. Tidak hanya dua tahun mereka aku beri kekayaan berlimpah, namun selama hidupnya.”
Sungguh luar biasa keutamaan bersedekah, terutama yang dilakukan secara sir (rahasia). Bukan cuma untuk kenikmatan ketika masih hidup, namun juga sebagai ‘modal utama’ ketika di alam kubur dan ketika hendak menghadap Allah di akherat kelak. Si Fulan yang menitipkan secara rahasia uang tiga miliar tadi seakan-akan sangat memahami bahwa sedekah rahasia adalah salah satu kunci untuk membuka gerbang samudera keluasan rahmat dan maghfirah Allah SWT.
Dia juga sangat familiar dengan ayat Qur’an yang mengisahkan tentang teriakan-teriakan penyesalan penghuni alam kubur. Simak QS Al-Munafiqun ayat 10 berikut ini:
“Waanfiquu mimmaa razaqnaakum min qabli an ya’tiya ahadakumul mautu. Fayaquula: Rabbi laulaa akhhartanii ilaa ajalin qariibin. Fa ashaaddaqa wa akun minash shaalihina.”
Artinya: Dan infakkanlah (sedekahkanlah) dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu. Lalu dia berkata (teriak menyesal); “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian) ku sedikit waktu lagi, maka aku akan dapat bersedekah dan menjadi bagian dari orang-orang shaleh.”
Masyaa Allah, seorang penghuni alam kubur berteriak ingin dihidupkan lagi walau sebentar hanya karena ingin bersedekah, apa pasal? Tentu ada sesuatu yang sangat besar dibalik sedekah itu sendiri, yang boleh jadi merupakan penentu nasibnya di alam barzah hingga di akherat.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah pernah mengatakan bahwa ada 7 (tujuh) kelompok manusia yang akan mendapatkan naungan langsung dari Allah pada hari yang tiada naungan lagi (di Padang Mahsyar) kecuali naungan-Nya. Salah satu dari tujuh kelompok tersebut adalah:
“Rajulun tashaddaqa bishadaqati, faakhfaahaa hatta laa ta’lama syimaaluhu maa tunfiqu yamiinuhu,”
Artinya: Orang yang mengeluarkan sedekah lalu dia merahasiakannya hingga tangan kiri tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kanannya.
Dengan berbagai keutamaannya itu, maka sedekah rahasia bisa dibilang sebagai sebuah “amalan mahal” yang harus diperjuangkan. Sebab, kerahasiaan adalah cermin keikhlasan. Dan keikhlasan adalah ruh dari setiap amal salih.
Wallahu a’lam bish sawab
Ustadz Triyoga AK, S.Ag., adalah pimpinan Majlis Taklim Hubban Lil Iman, Cilangkap, Kota Depok, Jawa Barat. Majlis ini mengusung jargon: Mengisi Hati dengan Dzikir dan Thalabul Ilmi dan misi: Amar ma’ruf Nahi Munkar (mengajak kebaikan dan menghindari kemungkaran). Aktivitas:
- Pengajian rutin setiap Rabu malam Kamis (dzikir sadzili dan kajian ilmu agama)
- Pemberian santunan kepada anak yatim dan kaum dhuafa
- Menggelar tabligh akbar di setiap momen hari besar Islam
- Pembiayaan pendidikan kepada anak kurang mampu dan anak yatim ke sekolah berbasis Islam seperti pesantren
- Rencana ke depan, memberangkatkan para guru ngaji dan marbot masjid ke tanah suci (haji dan umroh)
Informasi: (WA) 081219201911
Channel YouTube: Hubban TV