Petualangan di Negeri Es dan Api

Posted by : wartajab Februari 2, 2025

 

Penulis Rissa Churria 

Setelah berhasil membawa pulang Biji Tawa dari Negeri Geli, Mira, Arya, dan Nara melanjutkan petualangan mereka menuju Negeri Es dan Api. Negeri ini terkenal karena suasananya yang kontras—di satu sisi, terdapat gunung-gunung es yang menjulang tinggi, sementara di sisi lainnya, terdapat lava yang mengalir dari gunung berapi yang aktif. Penduduk negeri ini juga unik, setengah dari mereka adalah makhluk yang terbuat dari es, sedangkan setengah lainnya terbuat dari api.

“Mari kita bersiap-siap, kita akan menghadapi tantangan besar di sini!” Mira memberi semangat kepada adik-adiknya sebelum mereka memasuki negeri yang misterius ini.

Ketika mereka melangkah ke dalam negeri itu, mereka melihat pemandangan yang sangat mencolok. Gunung es bersinar di bawah sinar matahari, menciptakan pelangi indah yang tampak seperti jembatan antara langit dan bumi. Di sisi lain, lava merah membara mengalir dengan ganas, menciptakan suara gemuruh yang menggetarkan tanah.

“Lihat, ada dua jalan!” Arya menunjuk ke dua jalur yang ada.

“Satu menuju gunung es, dan satu lagi menuju gunung berapi. Mana yang harus kita pilih?” katanya dengan sedikit bingung.

“Kalau aku, aku ingin ke gunung es! Mungkin kita bisa bermain salju!” Nara berteriak dengan penuh semangat.

“Tapi kita juga harus mencari informasi tentang Api Es, dua kekuatan yang mengatur negeri ini, kita harus pintar dalam memilih jalan.” Mira mengingatkan.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk pergi ke gunung es terlebih dahulu. Saat mereka mendekati gunung, suhu menjadi sangat dingin. Mereka bertemu dengan makhluk es yang memiliki bentuk seperti manusia, tetapi transparan dan berkilau. Makhluk itu memperkenalkan diri sebagai Elysia, penjaga gunung es.

“Selamat datang di Negeri Es! Apa yang membawa kalian ke sini?” Elysia bertanya dengan suara lembutnya.

“Kami mencari informasi tentang Api Es dan cara untuk menyeimbangkan kedua kekuatan di negeri ini,” jawab Mira.

“Ah, untuk menyeimbangkan kekuatan, kalian harus menemukan Kristal Es yang tersembunyi di puncak gunung. Namun, jalan ke sana sangat berbahaya,” Elysia menjelaskan.

“Bahaya apa?” Arya penasaran.

“Banyak jebakan dan makhluk mengerikan yang bersembunyi di dalam gua-gua es. Namun, jika kalian bisa mencapai puncak, Kristal Es akan memberikan kalian kekuatan untuk berkomunikasi dengan makhluk api,” Elysia memberi tahu mereka.

Dengan semangat baru, mereka melanjutkan perjalanan ke puncak gunung es. Saat mereka mendaki, mereka menghadapi berbagai rintangan. Tiba-tiba, sebuah Raksasa Es muncul di depan mereka, menghalangi jalan.

“Siapa yang berani melewati jalanku?” raksasa itu mengaum.

“Kami hanya ingin mencapai puncak untuk mendapatkan Kristal Es!” Arya menjawab dengan berani.

“Untuk melanjutkan, kalian harus menjawab teka-teki ini! Jika kalian gagal, kalian akan membeku selamanya!” Raksasa Es mengancam.

“Teka-teki apa?” Arya bertanya.

“Dengarkan baik-baik: Apa yang selalu datang, tetapi tidak pernah tiba?” raksasa itu mengajukan pertanyaan.

“Satu, dua, tiga,” bisik Mira, dan mereka mulai berpikir keras.

“Hari esok! Jawabannya hari esok!” Tiba-tiba, Arya berteriak,

“Benar! Kalian boleh lewat, tetapi hati-hati dengan makhluk lain di dalam gua!” Raksasa itu terkejut.

Mereka melanjutkan perjalanan, dan semakin mendekati puncak, suhu semakin dingin. Di dalam gua, mereka menemukan dinding-dinding es yang berkilau, tetapi tiba-tiba, mereka dikelilingi oleh Makhluk Es Gelap yang marah.

“Jangan bergerak! Kalian tidak boleh lewat tanpa memberi kami sesuatu!” teriak salah satu makhluk itu.

“Apa yang kalian inginkan?” tanya Mira, ketakutan.

“Kami ingin tawa dan kebahagiaan! Berikan kami lelucon terbaikmu, dan kami akan membiarkanmu lewat!” makhluk es lainnya menambahkan.

Arya dengan cepat melangkah maju dan mulai menceritakan lelucon tentang seorang raja yang sangat pelit hingga dia berusaha menghemat cahaya bulan. Lelucon itu membuat semua makhluk es gelap tertawa terbahak-bahak. Mereka pun berhasil melewati rintangan itu dan melanjutkan perjalanan ke puncak gunung.

Setelah berjuang keras, akhirnya mereka sampai di puncak gunung es. Di sana, mereka menemukan Kristal Es bersinar cerah, terletak di tengah batu es besar. Ketika Arya mengambil kristal itu, tiba-tiba, gelombang dingin menyelimuti mereka.

“Raksasa es kembali!” Mira berteriak.

Tetapi raksasa itu kali ini tidak marah. Dia berkata, “Kalian berhasil! Sekarang, kalian memiliki kekuatan untuk mengendalikan Api Es!”

Dengan kekuatan baru dari Kristal Es, mereka sekarang dapat berkomunikasi dengan makhluk api.

“Mari kita pergi ke gunung berapi!” Arya berkata.

Sesampainya di gunung berapi, mereka menemukan makhluk api, Inferno, yang menari di tengah lahar. Tubuhnya sama sekali tidak tersentuh lahar yang meletup-letup. Malah dia terlihaat sangat nyaman dan menikmati.

“Siapa yang berani mendekat?” teriak Inferno dengan suara menggelegar.

“Kami datang dengan Kristal Es! Kami ingin menyeimbangkan kedua kekuatan ini!” Arya menjelaskan.

“Dan mengapa saya harus percaya kalian?” Inferno tampak skeptis.

“Aku bisa membuktikannya! Kami siap menghadapi apa pun demi kedamaian di negeri ini,” Nara berani menantang.

Inferno mengangguk, “Baiklah, jika kalian ingin membuktikannya, kalian harus melalui Pertarungan Api! Kalian harus membakar tantangan ini dengan kebijaksanaan dan keberanian.”

Pertarungan itu dimulai. Mereka harus melawan Api Berputar yang mengelilingi mereka. Dengan kemampuan baru dari Kristal Es, mereka mampu membekukan api dan menghentikannya.

“Hanya yang paling berani yang dapat menghancurkan dinding ini!” tukas Inferno tidak menyerah, lantas ia menciptakan dinding api yang tinggi.

Ketiga saudara itu bersatu untuk melawan dinding api dengan kombinasi kekuatan es dan kebijaksanaan mereka. Dengan penuh semangat, mereka mengeluarkan energi positif dan berteriak,

“Kami ingin damai!”

Sinar dari Kristal Es menyinari dinding, mengubahnya menjadi percikan api yang indah. Inferno terkesan.

“Kalian luar biasa! Kalian memang memiliki kekuatan untuk menyatukan es dan api. Sekarang, buktikan kepada semua makhluk di negeri ini!” tukasnya.

Dengan kolaborasi yang luar biasa, mereka berhasil menyeimbangkan kekuatan es dan api. Seluruh negeri bersinar dalam keindahan, dan makhluk es serta makhluk api berdansa bersama.

Akhirnya, setelah semua petualangan itu, Arya, Nara, dan Mira melanjutkan perjalanan mereka, membawa kekuatan dan persahabatan baru, serta cerita untuk dibagikan. Mereka berjanji untuk tidak pernah melupakan negeri es dan api yang telah mengajarkan mereka arti sejati dari persahabatan dan keberanian.

“Saatnya melanjutkan petualangan selanjutnya!” Mira berseru dengan semangat. Dengan hati penuh rasa ingin tahu, mereka berangkat menuju negeri berikutnya, siap untuk tantangan baru yang lebih mendebarkan. (*)

PENULIS

Rissa Churria adalah pendidik, penyair, esais, pelukis, aktivis kemanusiaan, pemerhati masalah sosial budaya, pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), pengelola Rumah Baca Ceria (RBC) di Bekasi, anggota Penyair Perempuan Indonesia (PPI), saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sudah menerbitkan 7 buku kumpulan puisi tunggal, 1 buku antologi kontempelasi, serta lebih dari 100 antologi bersama dengan para penyair lainnya, baik Indonesia maupun mancanegara. Rissa Churria adalah anggota tim digital dan siber di bawah pimpinan Riri Satria, di mana tugasnya menganalisis aspek kebudayaan dan kemanusiaan dari dunia digital dan siber.

RELATED POSTS
FOLLOW US